Pada
saat saya bersilaturahmi bersama teman-teman saya. Ada salah seorang teman saya
mengatakan, “aku ingin seperti kakakku ambil jurusan teknik elektro. Dia sekarang
mendapatkan kedudukan yang lumayan tinggi di perusahan listrik nasional”. Dari pernyataan
temanku inilah aku mulai berfikir kenapa dia harus mengambil teknik elektro? Padahal
dia sangat hebat dalam bahasa inggris, bahkan sangking lancarnya dia berbahasa
inggris sampai dijuluki bule of sidoarjo oleh teman-temanku
yang lain. Aku juga bingung kenapa ia memilih mengikuti kakaknya daripada
mengikuti potensi yang dia miliki? Padahal awalnya dia berhasrat untuk
mengambil jurusan sastra inggris, tapi setelah dia melihat pencapaian kakaknya,
ia malah putar balik dan menyia-nyiakan potensi yang dimilikinya. Padahal,
kalau dia mengikuti potensi yang ia miliki dan memaksimalkannya, bisa jadi dia
menyamai pencapaian kakaknya atau bahkan melebihinya.
Dalam
masalah konsep diri, berapa banyak orang yang mengaku waras, ternyata justru
menjadi orang lain seumur hidupnya. Mereka tidak mengenali dirinya sendiri, dan
terangsang untuk menjadi orang lain karena pesona orang lain begitu memikatnya.
Bintang
bukanlah bulan ataupun venus, yang mengambil cahaya bintang matahari dan
memantulkan sedemikian rupa, sehingga manusia di bumi menyakini bahwa bulan dan
venus itu sumber cahaya. Seorang bintang, ia akan memancarkan cahaya yang
berasal dari dirinya sendiri. Ia adalah trendsetter,
bukan follower. Seseorang bisa menjadi trendsetter karena ia melakukan sesuatu dengan
basis potensi diri. Ia mengenali dirinya sendiri, mengenali keunikan diri yang
berbeda dengan orang lain, dan mampu menampilkan keunikan diri itu sebagai
sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Pengenalan
terhadap diri sendiri, di dalam ajaran Islam adalah hal utama yang harus
dilakukan oleh seorang muslim. Allah menyuruh kita untuk sering intropeksi diri,
mengenali diri sendiri. Pengenalan diri sendiri akan melahirkan konsep diri
yang mapan, dan melahirkan prinsip hidup yang kuat.
Ada
pepatah mengatakan “What’s a man firsty
duty? The answer is brief, to be himself.”
Apakah tugas pertama dan utama dari seorang manusia? Jawabnya singkat, menjadi
dirinya sendiri.
Tugas,
tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi
pembelajar. Sedangkan peajaran pertama dan terutama yang perlu dipelajarinya
adalah belajar menjadi dirinya sendiri dengan segala potensi yang dimiliki.
Contohnya,
ketika saya terlahir dan berproses menjadi dewasa, saya menjadi tau potensi-potensi
saya sebagai manusia, baik potensi secara umum yaitu potensi fisik, hati, dan
akal maupun potensi spesifik misalnya bahwa saya memiliki bakat menulis, bakat
bermain musik, bakat sepak bola, mudah berinteraksi dengan orang lain dan
sebagainya. Pengetahuan tentang potensi diri itu, tidak serta merta datang
begitu saja, namun hadir lewat proses belajar. Apakah setelah saya mengetahui
potensi tersebut, lantas saya mampu menjadi diri saya yang sebenarnya? “TIDAK”.
Butuh aktualisasi, butuh proses yang sangat panjang agar saya menjadi orang
yang optimal.
Dalam
proses mengenali diri sendiri kita harus selalu aktif melibatkan diri kita
kedalam proses yang menuju hal yang positif. Janganlah pasif, tidak mau
melibatkan diri dalam proses. Aktif berarti proses tersebut direncanakan,
diorganisir, diimplementasikan, dan dievaluasi. Proses tersebut memiliki tujuan
serta target tertentu. Pasif, berarti ketika saya melewati waktu demi waktu
begitu saja, tanpa rencana, mengalir saja seperti air. Saya menjadi obyek dari
perputaran waktu, bukan subyek yang mampu menyesuaikan diri dengan perputaran
waktu yang tak sedetikpun mengalami jeda.
Contohnya
jika proses saya dirancang secara aktif, maka mungkin saja akhir yang saya
dapatkan adalah happy ending.
Saya mendapatkan kesuksesan, kejayaan, kebahagian, dan kemudian Allah memanggil
saya, kemudian MIZAN mendeteksi amal kebaikan saya lebih banyak daripada amal
keburukan, saya mampu melewati shiratal mustaqim
dan... masuk surga. Berjumpa dengan Allah dan Rasulallah. AMIIIINNNNNNN.....
Namun
jika proses saya berjalan apa adanya, pasif, maka saya tak tau, harus bagaimana
mempertanggungjawabkan detik-detik yang berlalu. Saya menyakini, bahwa meskipun
dalam keadaan pasif yang saya lakukan adalah kebaikan, tetap saja amal keburukan
dan amalan yang sia-sia akan lebih banyak mendominasi.
Lebih
mengerikan lagi keaktifan yang dilakukan adalah keaktifan dalam hal negatif. Keaktifan
dalam memerangi kebenaran, mencegah orang lain mengerjakan hal yang ma’ruf.
Allah sangat murka terhadap orang yang mengingkari perintah-Nya yang disertai
dengan usaha aktif dia dalam membuat orang lainpun ingkar terhadap-Nya
Hidup
yang terencana akan mampu membuat kita mampu mengukur diri sendiri, apakah hari
ini kita lebih baik, sama saja atau malah lebih buruk dari hari kemarin. Sedangkan
jika hari ini sama dengan hari kemarin
saja, kita sudah termasuk orang yang merugi. Dan celaka, menjadi kata
yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang akan kita alami jika hari ini
lebih buruk daripada hari kemarin.