Selasa, 29 Juli 2014

[ MOTIVASI ] JADILAH DIRIMU SENDIRI




Pada saat saya bersilaturahmi bersama teman-teman saya. Ada salah seorang teman saya mengatakan, “aku ingin seperti kakakku ambil jurusan teknik elektro. Dia sekarang mendapatkan kedudukan yang lumayan tinggi di perusahan listrik nasional”. Dari pernyataan temanku inilah aku mulai berfikir kenapa dia harus mengambil teknik elektro? Padahal dia sangat hebat dalam bahasa inggris, bahkan sangking lancarnya dia berbahasa inggris sampai dijuluki bule of sidoarjo oleh teman-temanku yang lain. Aku juga bingung kenapa ia memilih mengikuti kakaknya daripada mengikuti potensi yang dia miliki? Padahal awalnya dia berhasrat untuk mengambil jurusan sastra inggris, tapi setelah dia melihat pencapaian kakaknya, ia malah putar balik dan menyia-nyiakan potensi yang dimilikinya. Padahal, kalau dia mengikuti potensi yang ia miliki dan memaksimalkannya, bisa jadi dia menyamai pencapaian kakaknya atau bahkan melebihinya.



 Dalam masalah konsep diri, berapa banyak orang yang mengaku waras, ternyata justru menjadi orang lain seumur hidupnya. Mereka tidak mengenali dirinya sendiri, dan terangsang untuk menjadi orang lain karena pesona orang lain begitu memikatnya.
Bintang bukanlah bulan ataupun venus, yang mengambil cahaya bintang matahari dan memantulkan sedemikian rupa, sehingga manusia di bumi menyakini bahwa bulan dan venus itu sumber cahaya. Seorang bintang, ia akan memancarkan cahaya yang berasal dari dirinya sendiri. Ia adalah trendsetter, bukan follower. Seseorang bisa menjadi trendsetter karena ia melakukan sesuatu dengan basis potensi diri. Ia mengenali dirinya sendiri, mengenali keunikan diri yang berbeda dengan orang lain, dan mampu menampilkan keunikan diri itu sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Pengenalan terhadap diri sendiri, di dalam ajaran Islam adalah hal utama yang harus dilakukan oleh seorang muslim. Allah menyuruh kita untuk sering intropeksi diri, mengenali diri sendiri. Pengenalan diri sendiri akan melahirkan konsep diri yang mapan, dan melahirkan prinsip hidup yang kuat.
Ada pepatah mengatakan “What’s a man firsty duty? The answer is brief, to be himself.” Apakah tugas pertama dan utama dari seorang manusia? Jawabnya singkat, menjadi dirinya sendiri.
Tugas, tanggung jawab, dan panggilan pertama seorang manusia adalah menjadi pembelajar. Sedangkan peajaran pertama dan terutama yang perlu dipelajarinya adalah belajar menjadi dirinya sendiri dengan segala potensi yang dimiliki.
Contohnya, ketika saya terlahir dan berproses menjadi dewasa, saya menjadi tau potensi-potensi saya sebagai manusia, baik potensi secara umum yaitu potensi fisik, hati, dan akal maupun potensi spesifik misalnya bahwa saya memiliki bakat menulis, bakat bermain musik, bakat sepak bola, mudah berinteraksi dengan orang lain dan sebagainya. Pengetahuan tentang potensi diri itu, tidak serta merta datang begitu saja, namun hadir lewat proses belajar. Apakah setelah saya mengetahui potensi tersebut, lantas saya mampu menjadi diri saya yang sebenarnya? “TIDAK”. Butuh aktualisasi, butuh proses yang sangat panjang agar saya menjadi orang yang optimal.
Dalam proses mengenali diri sendiri kita harus selalu aktif melibatkan diri kita kedalam proses yang menuju hal yang positif. Janganlah pasif, tidak mau melibatkan diri dalam proses. Aktif berarti proses tersebut direncanakan, diorganisir, diimplementasikan, dan dievaluasi. Proses tersebut memiliki tujuan serta target tertentu. Pasif, berarti ketika saya melewati waktu demi waktu begitu saja, tanpa rencana, mengalir saja seperti air. Saya menjadi obyek dari perputaran waktu, bukan subyek yang mampu menyesuaikan diri dengan perputaran waktu yang tak sedetikpun mengalami jeda.
Contohnya jika proses saya dirancang secara aktif, maka mungkin saja akhir yang saya dapatkan adalah happy ending. Saya mendapatkan kesuksesan, kejayaan, kebahagian, dan kemudian Allah memanggil saya, kemudian MIZAN mendeteksi amal kebaikan saya lebih banyak daripada amal keburukan, saya mampu melewati shiratal mustaqim dan... masuk surga. Berjumpa dengan Allah dan Rasulallah. AMIIIINNNNNNN.....
Namun jika proses saya berjalan apa adanya, pasif, maka saya tak tau, harus bagaimana mempertanggungjawabkan detik-detik yang berlalu. Saya menyakini, bahwa meskipun dalam keadaan pasif yang saya lakukan adalah kebaikan, tetap saja amal keburukan dan amalan yang sia-sia akan lebih banyak mendominasi.
Lebih mengerikan lagi keaktifan yang dilakukan adalah keaktifan dalam hal negatif. Keaktifan dalam memerangi kebenaran, mencegah orang lain mengerjakan hal yang ma’ruf. Allah sangat murka terhadap orang yang mengingkari perintah-Nya yang disertai dengan usaha aktif dia dalam membuat orang lainpun ingkar terhadap-Nya
Hidup yang terencana akan mampu membuat kita mampu mengukur diri sendiri, apakah hari ini kita lebih baik, sama saja atau malah lebih buruk dari hari kemarin. Sedangkan jika hari ini sama dengan hari kemarin  saja, kita sudah termasuk orang yang merugi. Dan celaka, menjadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang akan kita alami jika hari ini lebih buruk daripada hari kemarin.

1 komentar:

  1. Tapi terkadang potensi yg kita miliki kurang di perhatikan sama ortu

    BalasHapus