Jumat, 11 Juli 2014

Si "CEPAT" VS Si "LAMBAT"




Apakah dirimu tau dongeng tentang “Kelinci dan Kura-kura.” Didalam cerita tersebut seekor Kura-kura yang lambat mampu memenangkan lomba karena ia bersungguh-sungguh dalam berusaha, sedangkan sang Kelinci yang mampu berlari cepat dan memiliki peluang yang besar untuk menang, dapat dikalahkan dikarenakan dia sombong dan meremehkan si Kura-kura. Dan setelah membaca cerita ini, aku membayangkan bagaimana kalau si Kelinci mau berusaha dan membuang sifat sombongnya? maka ia bisa menang dengan sangat mudah. Nah, dari cerita tersebut aku mendapatkan ide untuk membuat artikel ini. Dan akan aku tunjukan hakekat dari si Cepat dan si Lambat yang sebenarnya.




            Suatu hari Fauzi, seorang pengusaha yang cukup mengusai ilmu dibidangnya berencana membuat sebuah buku. Ia pun mendiskusikan kepada seorang kenalannya yang kebetulan seorang praktisi dalam masalah perbukuan. Ia pun dibimbing membuat sistematikanya. Fauzi berencana, bahwa ia akan menggarap buku itu jika ia memiliki waktu senggang. Jam terbang dia yang sangat tinggi, ia jadikan alasan.
            Alangkah kagetnya dia, ketika sedang berjalan-jalan di sebuah toko buku, ia melihat apa yang hendak ia tulis itu ternyata telah digarap oleh orang lain. Tetapi, ia tidak mungkin bisa menyalahkan orang tersebut, karena tema tersebut memang tema yang tidak terlalu khusus. Seorang yang berbakat menulis dan memiliki keilmuan yang memadai, pasti akan berpikir untuk menulis tema tersebut.
            Dalam cerita diatas, dapat disimpulkan, jangan pernah berharap kamu akan menghasilkan prestasi besar jika tetap mengurung idemu di dalam rongga kepalamu. Kita butuh berlari, dengan laju yang cepat, secepat mungkin.

            Kecepatan! Dalam berbagai hal, misalnya lomba lari, lomba renang, balap mobil, bahkan balap karung memang menjadi tolak ukur kebintangan seseorang. Akan tetapi, dalam ranah kehidupan yang lebih luas, tak selalu kecepatan itu diidentikan dengan gerak fisik. Seperti Jennings, Houghton, dan Bill Gates adalah orang-orang yang konon santai. Santai secara fisik, tetapi cepat secara pikiran.
            Bandingkan dengan apa yang terjadi dengan Jack dan Jill. Jill, sejak kecil dianggap sebagai anak yang lamban secara fisik. Sementara, Jack yang tidak pernah berhenti bergerak, dikenal sebagai anak yang lincah dan trengginas. Akan tetapi, dalam hal pemikiran, analisis dan logika, Jill memiliki kecerdasan yang lebih tinggi dari Jack. Suatu hari, mereka mendapat tugas untuk mengangkut air dari sumber air menuju bak mandi rumah mereka, karena air ledeng kebetulan mati. Jack dengan cepat meraih ember ukuran kecil, dan berlari-lari, bolak-balik, dari sumber air ke bak mandi. Sementara Jill dengan tenang mengambil 2 ember besar, memenuhinya dengan air, lalu meletakannya di atas gerobak kecil milik mereka. Sekali jalan dari sumber air ke bak mandi, ditempuh Jack dengan waktu 10 menit, sementara Jill membutuhkan waktu 20 menit. Akan tetapi dalam 1 jam, Jack hanya berhasil memenuhi seperempat bak mandi, dan sisanya, tiga perempat dipenuhi oleh Jill.
            Ada perbedaan yang signifikan antara kecepatan dan keterburu-buruan. Kecepatan aksi harus diiringi oleh kecepatan dalam berpikir, inilah pekerjaan yang berbasis pada kecerdasan. Dan inilah yang menjadi dasar keberhasilan beberapa orang sukses dalam membangun kerajaan bisnisnya. Lah bagaimana agar kita bisa berpikir dan bertindak cepat?



1. Terbiasa mengantisipasi setiap keadaan yang hendak kita alami
Antisipasi bukanlah ramalan, akan tetapi lebih pada ketajaman dalam memprediksi masa yang akan datang, dengan melihat siklus sejarah yang telah terlewatkan. Kemampuan mengantisipasi apa yang akan terjadi dalam beberapa bulan dan beberapa tahun yang akan datang, sudah cukup memberi keunggulan tipis dibandingkan 99% dari penduduk yang hanya mengikuti apa saja yang terjadi.
2. Kemampuan melihat tren sebelum orang lain menyadarinya
Kemampuan mendeteksi sesuatu yang akan menjadi tren. Juga akan menyebabkan kita berhasil berpikir dan bertindak cepat. Dengan kemampuan tersebut kita tidak akan menjadi seorang follower, yang bisanya hanya mengikuti ide atau gaya seseorang, tetapi kita akan menjadi trendsetter atau juga disebut tren maker.
3. Mengasah dan mempertajam setiap ide
Beberapa perusahaan besar didunia, memiliki pendekatan ini :
A. Kecilkan Kemungkinan Kegagalan.
B. Setelah itu, Baru Maksimalkan Keberhasilan.
C. Mulailah dengan Menggodok Ide Apapun.
Mengecilkan kemungkinan gagal, berarti meminimalisir resiko. Caranya dengan mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang barangkali akan muncul. Setelah itu, keberhasilan harus dimaksimalkan. Kedua hal tersebut dimulai dengan menggodok ide apapun. Karena ide yang di-asah dan ditajamkan, akan mampu menciptakan sesuatu yang inovatif. Sedangkan sesuatu yang inovatif tersebut akan memunculkan tren, meskipun pada saat pencetusan ide, kemungkinan hal semacam itu tidak terpikirkan.
4. Membiarkan ide terbaik menang
Karena hanya ide terbaiklah yang sinarnya memancar paling kuat, dan mampu menembus kegelapan malam, menjadikan terang benderang. Ketika tim Yamaha hendak membahas seperti apakah motor yang hendak dinaiki oleh Valentino Rossi, pasti berbagai ide muncul dari para insinyurnya. Ide itu jelas tidak hanya satu. Dan, ketika ide terbaik itu dimenangkan, maka jadilah Valentino Rossi yang tercepat, merajai medan-medan balap Moto GP dan meraih kemenangan. Karena ide yang di-asah dan ditajamkan, akan mampu menciptakan sesuatu yang inovatif. Setelah itu, keberhasilan harus dimaksimalkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar